Search This Blog

Fitur pada aplikasi Bridging SIMRS-INACBG

Fitur-fitur aplikasi briding SIMRS-INACBG, sangat bermanfaat untuk rumah sakit yang sudah memiliki SIMRS. Efisiensi waktu bisa sampai 60%. Simak bisa apa saja aplikasi Bridging disini.

Cara Memeriksa Bahwa Grouper Yang Terpasang Sudah Benar

Saya sudah melakukan perpanjangan grouper, mengapa masih sering muncul pesan Lisence Expired?. Benarkah grouper yang terpasang sudah merupakan versi terakhir? Begini cara memeriksanya.

Saturday, August 22, 2015

Bagaimana : Cara Memeriksa Bahwa Grouper Yang Terpasang Sudah Benar

Banyaknya update perpanjangan grouper seringkali membuat kita bingung, update yang manakah yang terbaru. Terutama ketika kita hendak melakukan instalasi INACBG dari awal, baik karena komputer baru misalnya, atau karena sebab lain. Terlebih jika penyimpanan file kita tidak diatur dengan tertib kita akan makin bingung menentukannya. Selain itu, beberapa pengguna mengeluhkan munculnya pemberitahuan bahwa lisensi telah habis atau Lisence Expired. Padahal merasa sudah memasang grouper terbaru yang semestinya baru expired pada 30 Juni 2016 31 Januari 2017. Benarkah sudah terpasang grouper terbaru? yuk kita cek...

Kita akan memeriksa digital signature atau tandatangan digital yang terdapat pada file grouper di komputer kita untuk mengetahui versi grouper yang terpasang. Tandatangan digital yang kita peroleh kita bandingkan dengan tandatangan digital yang benar sebagai acuan. Berikut langkah-langkah memeriksa apakah grouper yang terpasang di server INACBG merupakan grouper terbaru :
  1. Buka browser atau Tab baru pada browser dan kunjungi www.onlinemd5.com
  2. Website ini merupakan perkakas online yang dapat memeriksa tandatangan digital suatu file dengan metode HashMD5. Dengan adanya perkakas online ini kita tidak perlu memasang aplikasi apapun pada komputer kita. Tampilan halaman utama website tersebut akan nampak seperti gambar diatas. Klik untuk memperbesar gambar.

  3. Pilih file yang akan diperiksa tandatangan digitalnya
  4. Untuk memilih file, klik tombol Browse atau Pilih File, nama tombol tergantung dari kondisi komputer masing-masing, bisa dalam bahasa indonesia atau dalam bahasa inggris. Tombol ditandai dengan angka satu pada gambar diatas.

    Setelah di klik tombol tersebut akan muncul kotak dialog Open File. masuk ke folder C:\Inacbg dan klik file unugrouper.dll, kemudian klik Open. Perhatikan pada file Checksum. Pada field tersebut akan muncul tandatangan digital dari file tersebut. Kemudian pada field Compare With ketik hash berikut ini atau copy paste ke field tersebut. 2B0CA59D4D49373A9BD59C10CB460614

    Perhatikan tanda disebelah kanan field tersebut, jika tanda centang warna hijau, artinya hash MD5 file tersebut cocok dengan yang kita masukan. Namun jika tanda silang merah artinya tidak cocok. Perhatikan lagi apakah sudah anda masukan dengan benar hash MD5 pembandingnya? jika sudah benar namun tetap tanda silang merah artinya grouper yang terdapat di komputer INACBG bukan edisi terakhir.
Sebenarnya ada dua file yang harus diperiksa tandatangan digitalnya selain unugrouper.dll. Namun jika satu file tersebut tidak sesuai sebaiknya install aplikasi grouper terbaru. Namun jika file tersebut sudah memiliki tandatangan digital yang sesuai maka file kedua juga harus diperiksa, karena keduanya bekerja bersama-sama (selain file pendukung lainnya).

Lakukan langkah satu dan langkah dua tersebut diatas, namun untuk kali ini pilih file xengine.dll. masukan Hash MD5 pembandingnya berikut ini B39B2D37D55086ED8944D0DE78A292D1

Hasil komparasinya sama dengan langkah sebelumnya, jika hasilnya centang warna hijau artinya grouper tersebut sudah versi update terbaru, namun jika silang merah maka segera lakukan update grouper terbaru.

Bermanfaat ? silahkan share. Atau punya tulisan tentang JKN baik tentang INACBG, Diagnosis, Prosedur, BPJS Kesehatan, sistem JKN dan lain sebaginya. Silahkan kirim ke infoinacbg@gmail.com untuk di publish melalui www.inacbg.net. Identitas sebagai penulis akan tetap di sertakan pada tulisan yang anda kirim.

Bagaimana : Langkah-langkah Instalasi INACBG 4.1

Pada saat tulisan ini dibuat INACBG berada pada versi 4.1 sementara aplikasi groupernya pada versi 3.2 dengan beberapa kali perpanjangan lisensi. Setiap rilis INACBG baru selalu dalam bentuk update. Artinya aplikasi yang diterbitkan oleh NCC berupa file update untuk aplikasi versi sebelumnya sehingga menjadi versi terbaru. Karena berupa update, maka pengguna diharuskan telah memiliki versi sebelumnya yang sudah terinstall. Masalah timbul ketika Rumah sakit (RS) akan mengganti komputer server INACBG dengan yang baru sehingga harus meng-install dari versi sebelumnya. Dan akan lebih kesulitan lagi bagi RS yang baru bekerjasama dalam program JKN sehingga tidak memiliki komputer yang sudah terinstall aplikasi INACBG versi sebelumnya. Banyaknya file instalasi akan membingungkan pengguna file mana yang harus di instal terlebih dahulu.

Bagi RS yang sudah terdaftar sebelum tahun 2014 pada umumnya sudah memiliki file installer secara lengkap dan data RS sudah terdaftar pada aplikasi INACBG. Sedangkan Rs yang baru terdaftar pada tahun 2015 atau sesudahnya maka selain update aplikasi INACBG juga akan mendapatkan update registrasi RS atau biasa disebut Database RS. Berikut Langkah-langkah Install INACBG 4.1
  1. Install INACBG 4.0
  2. Pada paket instalasi INACBG 4.0, selain installer aplikasi INACBG juga terdapat installer aplikasi-aplikasi pendukung lainnya seperti xampp, pdf reader, firefox dan lain-lain. Kita cukup menginstall seperti biasa dengan cara menjalankan file setup.exe. Installer akan secara otomatis mendeteksi keberadaan software yang diperlukan di komputer, jika software pendukung belum ditemukan maka installer akan secara otomatis menginstall semua software yang dibutuhkan.

    Baca baik-baik setiap pesan atau kotak dialog yang muncul sehingga kita paham dengan apa yang sedang terjadi. Masukan password jika diminta sesuai yang diberikan oleh kemenkes dalam hal ini NCC. Ikuti prosedur sampai selesai klik Finish. Setalah itu biasanya Installer minta restart komputer, turutin aja ya. Hidupkan ulang atau Restart Komputer.

  3. Install Update INACBG 4.1
  4. Setelah proses restart selesai, jalankan update INACBG 4.1. Download update INACBG versi 4.1 sesuai dengan regional masing-masing. Sebagaimana kita tahu sesuai dengan permenkes No. 27 Tahun 2014 bahwa implementasi INACBG dibagi menjadi 5 regional sesuai dengan wilayah masing-masing. Jika RS anda baru dan tidak tahu berada di regional berapa silahkan lihat pada permenkes tersebut dan anda berada di provinsi mana, karena regionalisasi didasarkan pada wilayah tertentu. Proses update akan berjalan lebih cepat dari proses instalasi sebelumnya, karena cuman proses update saja. ikuti proses sampai selesai.

  5. Install perpanjangan grouper edisi Januari 2015
  6. Sebenarnya perpanjangan grouper edisi ini hanya ditujukan bagi pengguna INACBG 4.1 yang groupernya berakhir pada 31 Desember 2014. Perpanjangan grouper edisi januari 2015 ini sendiri berlaku sampai dengan 30 Juni 2015. Namun karena pada update grouper atau perpanjangan lisensi edisi ini terdapat perubahan basis data grouper maka terpaksa kita perlu menjalankan update ini. Jalankan sampai selesai, proses berlangsung kurang dari 1 menit. File perpanjangan grouper Januari 2015 dapat di download disini

  7. Install perpanjangan grouper edisi Juni 2015
  8. Sebagaimana disebutkan sebelumnya perpanjangan grouper edisi 2015 hanya berlaku sampai dengan 30 Juni 2015. Oleh karena itu grouper tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi. Install perpanjangan grouper edisi Juni 2015 supaya INACBG dapat digunakan. Grouper edisi ini berlaku sampai dengan 30 Juni 2016. File perpanjangan grouper Juni 2015 dapat di download disini

  9. Install Update Database RS (Khusus RS Baru)
  10. Jika RS anda baru dalam program JKN tentu belum terdaftar dalam aplikasi INACBG, setelah proses registrasi anda akan mendapat update database RS yang didalamnya ada data RS anda. Silahkan jalankan sesuai panduan yang dikirimkan dari Kemenkes dalam hal ini NCC. Bagi RS yang sudah terdaftar sejak tahun 2014 tida perlu menjalankan update ini.

  11. Konfigurasi INACBG
  12. Setelah semua proses instalasi selesai, silahkan lakukan konfigurasi INACBG agar dapat digunakan. Lakukan setup kode RS dan validasi, pastikan data sudah benar terutama kode RS dan type serta reginal RS agar tarif INACBG yang muncul juga benar.
Setelah semua proses selesai, silahkan di coba melakukan grouping satu kasus dan perhatikan hasil grouping yang muncul. Lihat kode CBG yang muncul dan tarif yang muncul kemudian sesuaikan dengan Permenkes No. 59 Tahun 2014, jangan lupa perhatikan regional RS supaya tidak tertukar. Jika tarif sudah sesuai artinya proses instalasi sudah benar. Jika tidak sesuai perhatikan apakah semua kode CBG tarifnya tidak sesuai atau hanya beberapa kode CBG saja silahkan mengacu pada Surat Edaran menteri kesehatan No. HK.03.03/X/1817/2014 tentang perbedaan tarif INACBG pada software INACBG dan Permenkes No. 59 Tahun 2014.

Demikian proses Instalasi INACBG 4.1 semoga bermanfaat.



Tuesday, August 11, 2015

Case-Mix : Upaya Pengendalian Biaya Pelayanan Rumah Sakit Di Indonesia

Oleh : Hosizah, SKM, MKM.
Dosen Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul Jakarta

Biaya kesehatan di Indonesia cenderung meningkat yang disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya adalah pola penyakit degeneratif, orientasi pada pembiayaan kuratif, pembayaran out of  pocket (fee for service) secara indivi-dual, service yang ditentukan oleh provider, teknologi canggih, perkembangan (sub) spesialisasi ilmu kedok-teran, dan tidak lepas juga dari tingkat inflasi. Dengan kondisi dan situasi yang ada seperti ini maka akses dan mutu pelayanan kesehatan terancam, terutama bagi masyarakat yang tidak mampu. Hal ini menyebabkan derajat kesehatan masyarakat semakin rendah. Kondisi tersebut diperparah dengan tarif rumah sakit yang tidak standar, sehingga masing-masing rumah sakit cenderung menetapkan tarif sendiri. Dalam upaya menstandartkan  tarif tersebut, pemerintah melalui Departemen Kesehatan melakukan beberapa upaya satu di antaranya adalah Sistem Case-mix, yang akan diujicobakan pada tahun 2008. Sistem Case-mix merupakan  sistem pembiayaan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan mutu, pemerataan dan keterjangkauan, yang merupakan unsur-unsur dalam mekanisme pembayaran Biaya Pelayanan Kesehatan untuk pasien yang berbasis kasus campuran.

Tingkat kesehatan penduduk Indonesia masih relatif rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Angka kematian ibu masih sekitar 390 per 100.000 kelahiran hidup, sementara di Philipina 170, Vietnam 160, Thailand 44 dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah ataupun masyarakat untuk kesehatan dan besarnya cakupan asuransi kesehatan. Kontribusi pemerintah untuk biaya kesehatan hanya sebesar 26,1 persen. Sedang-kan kontribusi dari swasta mencapai 74,9 persen yang sebagian besar dikeluarkan langsung dari saku masyarakat (direct payment out of pocket) pada waktu mereka jatuh sakit, hanya sedikit biaya kesehatan yang dikeluarkan dengan menggunakan mekanisme asuransi atau perusahaan (6-19 %).

Saat inipun Indonesia mengalami “TRIPLE BURDEN”, yaitu:
  • Penyakit lama (Old Problem) belum terpecah-kan seperti penyakit infeksi dan kurang gizi
  • Penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging problem) seperti meningkatnya kasus-kasus malaria, dan tuberkulosa
  • Timbulnya masalah baru (emerging problem) berupa penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, penyakit degenaratif, masalah NAPZA, munculnya penyakit baru HIV/AIDS dan Avian Influenza.
Sistem Pelayanan Kesehatan
Sistem Pelayanan kesehatan dapat diidenti-fikasi dalam berbagai komponen yaitu: Pemerintah; masyarakat; pihak ketiga yang menjadi sumber pembiayaan misalnya PT Askes, JPKM, Perusahaan Asuransi; Penyedia pelayanan, termasuk industri obat dan tempat-tempat pendidikan tenaga keseha-tan serta bantuan luar negeri

Pelayanan Rumah Sakit
Tidak dapat dihindari bahwa peranan sektor swasta akan bertambah besar, yang disebabkan kare-na meningkatnya sosial ekonomi penduduk, jumlah penduduk yang dilayani bertambah dan adanya kesadaran akan kualitas pelayanan yang baik
Tumbuhnya rumah sakit terutama di kota-kota besar, menyebabkan tingkat kompetisi antar rumah sakit terutama swasta cukup tinggi. Dengan tingkat kompetisi yang tinggi, maka akan diikuti dengan segala upaya setiap rumah sakit untuk mem-pertahankan keberadaannya. Hanya rumah sakit yang dapat menyediakan layanan yang bermutu dengan pembiayaan yang relatif rendah dapat unggul dalam kompetisi ketat tersebut.
Dari sisi peyelenggara pelayanan kesehatan, biaya pelayanan kesehatan mempunyai pengertian sejumlah dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Sedangkan dari sisi pengguna jasa, biaya pelayanan kesehatan mempunyai arti sejumlah dana yang perlu disedia-kan oleh pengguna jasa untuk mendapatkan pelaya-nan kesehatan.
Perlu diketahui beberapa faktor yang diasumsikan terkait erat dengan biaya pelayanan rumah sakit. Secara spesifik, Feldstein (1983) menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan biaya rata-rata layanan di rumah sakit yaitu sebagai berikut :
  • Jumlah tempat tidur yang ada di rumah sakit
  • Jenis penderita menurut klasifikasi diagnosis
  • Mutu layanan yang dapat diukur dengan tinda-kan atau pemeriksaan penunjang yang dilaku-kan
  • Derajat beratnya penyakit yang dapat diukur dengan jumlah operasi yang dilakukan
  • Penyesuaian rumah sakit berdasarkan upah yang diberikan kepada tenaga RS
  • Tingkat efisiensi layanan
  • Program pendidikan yang dilakukan di RS
  • Jumlah penderita raawat jalan, dan lain-lain

Inflasi Sektor Kesehatan
Sektor kesehatan (secara keseluruhan) mengalami inflasi di seluruh dunia diperkirakan diatas inflasi ekonomi. Penyebab inflasi tersebut antara lain :
  1. Indemnity Health Insurance
  2. Medical Technology
  3. Demand, karena konsumer juga berpengaruh meminta pelayanan yang berkualitas dan meng-gunakan alat-alat canggih
  4. Komponen non-medis seperti pemenuhan kebu-tuhan convenience dan amenities
  5. Defensive medicine, sehingga dokter melakukan pemeriksaan/prosedur diagnostik selengkap-lengkapnya untuk menghindari gugatan mal-praktek
  6. Meningkatnya proporsi penduduk usia lanjut yang menyebabkan meningkatnya insiden penyakit kronis
Pembahasan
Pengendalian Biaya Pelayanan Rumah Sakit
Untuk menanggulangi inflasi yang terjadi adalah dengan melakukan cost containment yang meliputi setiap upaya untuk mengendalikan biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Upaya cost containment yang dapat dilakukan di rumah sakit antara lain :
a.    Meningkatkan efisiensi
Efisiensi yang dapat dilakukan adalah:
1.    Economic Efficiency
Disebut juga dengan penggunaan input yang biayanya rendah
Contohnya:
-    menggunakan obat generic karena obat-obat generic relative lebih murah
-    drug utilization review untuk menge-tahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam kaitannya dengan tingkat penggunaan obat secara kuan-titatif  maupun kualitatif.
-    menggunakan tenaga kesehatan yang lebih efisien
-    menggunakan alat-alat yang lebih sesuai/tidak perlu canggih disesuaikan dengan kebutuhan
2.    Technical in efficiency
Menghilangkan pemborosan yang bersifat teknis akibat dari kombinasi sumber daya yang tidak sesuai
Contohnya :
Terdapat alat canggih di rumah sakit tetapi pada kenyataannya tidak memiliki operator sehingga harus  mendatangkan dari pihak luar yang membutuhkan cost tinggi
3.    Scale Efficiency
Efisiensi yang berkaitan dengan besarnya investasi yang sangat rawan untuk terjadi inflasi
b.   Sistem Pembayaran
Sistim pembayaran prospektif kepada PPK akan mengendalikan kecenderungan supply induced demand, yakni kecenderungan mendorong ting-kat penggunaan utilisasi pelayanan kesehatan apabila PPK masih dibayar tunai.
c.    Standarisasi Pelayanan
Standarisasi pelayanan secara medis dan stan-darisasi pelayanan administratif merupakan bagian yang penting dari pengendalian biaya (cost containment, cost effectiveness, quality control). Tanpa standar yang jelas, akan sulit memprediksi dan mengendalikan biaya, artinya ketidak pastian akan semakin besar karena sifat dari pelayanan kesehatan adalah kebutuhan yang tidak dapat diprogramkan.
d.    Pembinaan, promosi dan peyuluhan kesehatan
Adalah upaya sistematis dan terencana untuk mengarahkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif, preventif dan edukatif.
e.   Mengembangkan kesadaran akan biaya
Bertujuan agar kita berperilaku hemat sehingga cost bisa ditekan menjadi lebih murah. Kegiatan ini harus disosialisasikan sehingga dapat meningkatkan motivasi pada seluruh karyawan
f.    Intervensi teknis
Mencari peluang-peluang untuk menghemat pengeluaran, yaitu dengan melakukan cost analysis. Hal yang tidak lepas dari masalah analisis biaya adalah perhitungan unit cost yang merupakan kebutuhan bagi rumah sakit yang berguna untuk:
•    Penentuan tarif
•    Analisis Efisiensi
•    Perencanaan anggaran rumah sakit
•    Analisis Break even
g.   Hospital Investment Control
Menghindari investasi yang tidak optimal dengan melakukan studi kelayakan terlebih dahulu antara lain dengan Cost Effectiveness Analysis dan Cost Benefit Analysis.
Cara lain adalah dengan keharusan menda-patkan certificate- of-need sebelum melakukan investasi untuk peralatan dan pelayanan yang mahal.
h.   Penggunaan Sistem Casemix
Sistem Casemix merupakan sistem pengklasifi-kasian penyakit yang menggabungkan jenis penyakit yang dirawat di RS dengan biaya kese-luruhan pelayanan yang terkait. Sistem Casemix berhubungan dengan mutu, pemerataan,  dan mekanisme pembayaran untuk pasien berbasis kasus campuran. Secara umum sistem casemix digunakan dalam hal Quality Assurance Program, Komunikasi dokter – direktur RS dan staf medical record, perbaikan proses pelaya-nan, anggaran, profilling, benchmarking, qua-lity control, dan sistem pembayaran.
Pada sistem ini yang paling banyak digunakan adalah Diagnostik Related Group (DRG)

Pembiayaan Rumah Sakit
Akibat perubahan sistem layanan kesehatan yang ada sekarang ini dan dengan meningkatnya biaya kesehatan maka pembiayaan rumah sakit dengan menggunakan Asuransi Kesehatan  menjadi hal yang dibutuhkan, dalam asuransi kesehatan sistem managed care menjadi salah satu pemecahan masalah.
Managed Care merupakan suatu sistem yang terintegrasi dalam pembiayaan dan layanan yang tepat serta sesuai bagi peserta dengan meng-gunakan satu atau lebih elemen-elemen berikut ini :
  • Pengaturan dengan unit layanan tertentu  untuk memberikan jasa medik yang komprehensif
  • Seleksi unit layanan harus memenuhi standar
  • Pelaksanaan program dalam rangka perbaikan mutu dan utilization review
  • Penekanan agar peserta tetap sehat sehingga utilisasi berkurang
  • Insentif  berupa uang bagi para peserta untuk menggunakan unit layanan yang ditetapkan  dan mengikuti prosedur yang ditentukan oleh plan
Ciri dari managed care yang dapat dilakukan adalah:
  • Utilization review yang ketat
  • Monitoring dan analisis pola praktek dokter
  • Memakai dokter umum dan tenaga medik lain-nya untuk mengelola pasien
  • Menciptakan layanan kesehatan dengan kualitas yang tinggi dan efisien
Faktor utama dalam managed care yang harus dilakukan adalah :
  • Mengelola pembiayaan dan pemberian jasa kesehatan
  • Menggunakan teknik kendali biaya
  • Membagi risiko keuangan antara provider dan asuransi
  • Mengatur dan mengelola utilisasi dari layanan kesehatan
Managed Care memiliki kekuatan  dalam mengendalikan biaya dan kualitas pelayanan bagi pesertanya, kondisi ini mengarahkan rumah sakit untuk membentuk dan menggunakan  sistem dan susunan baru dalam bekerja dengan para dokter, yaitu organisasi Rumah Sakit-Dokter (Physician-hospital Organization/PHO). PHO merupakan salah satu bentuk rancangan yang dapat digunakan untuk memudahkan beban bagi  RS dan dokter untuk menyesuaikan dengan managed care.

Saat ini sangat perlu sekali untuk mensiner-gikan antara RS, dokter dan perusahaan asuransi  sehingga dapat mengevaluasi dan bernegosiasi dalam kontrak managed care. PHO menjadi kendaraan bagi rumah sakit dan dokter  untuk membangun aliansi ekonomi dalam sistem terpadu dengan pihak asuransi sehingga terjalin ikatan bersama sama secara fiscal untuk melaksanakan pelayanan yang cost effective dan pemberian pelayanan yang baik.

Pertanyaan yang mungkin timbul adalah apakah mungkin dokter bekerja dalam suasana managed care dengan pembiayaan yang berbasis pada prinsip asuransi kesehatan?

Hal yang  menjadi tantangan  adalah:
-    Bagaimana kesiapan dan kemauan para dokter dan rumah sakit untuk menerima risiko finansial dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan komitmen kendali biaya-kendali mutu
-    Kesiapan pengurangan otonomi para dokter terutama bagi para dokter spesialis, sehingga mereka tidak bisa semaunya sendiri melakukan pembedahan dan pengobatan.
-    Kesiapan masyarakat untuk menerima pemba-tasan bagi pelayanan-pelayanan yang tidak perlu, maupun pembatasan pada jenis provider.

Case Mix
Sistem Case-mix adalah sistem pembiayaan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan mutu, pemerataan dan keterjangkauan, yang meru-pakan unsur-unsur dalam mekanisme pembayaran biaya pelayanan kesehatan untuk pasien yang berbasis kasus campuran Pengertian Case-mix. Pada Case-mix membutuhkan 14 variabel yang diperoleh dari data rekam medis antara lain:
  1. Identitas pasien (misal, nomor RM,dll)
  2. Tanggal masuk RS
  3. Tanggal keluar RS
  4. Lama hari rawat (LOS)
  5. Tanggal lahir
  6. Umur (th) ketika masuk RS
  7. Umur (hr) ketika masuk RS
  8. Umur (hr) ketika keluar RS
  9. Jenis kelamin
  10. Status keluar RS (Outcome)
  11. Berat Badan Baru lahir (gram)
  12. Diagnosis Utama
  13. Diagnosis sekunder (komplikasi & Ko-morbiditi)
  14. Prosedur/pembedahan utama
Dapat disimpulkan bahwa Pelayanan kesehatan dengan mutu yang baik dan biaya terjangkau menjadi harapan bagi seluruh masyarakat. rumah sakit merupakan pemberi pelayanan kesehatan yang utama yang harus melakukan pengendalian biaya dan pengen-dalian mutu dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Pengembangan pelayanan rumah sakit dengan pembiayaan atau pembayaran  yang terstandar akan dapat memberikan banyak keun-tungan baik bagi pasien, penyedia pelayanan kese-hatan dan pihak penyandang dana lainnya. Selain itu juga bisa dapat dilakukan evaluasi mutu pelayanan dengan mudah.

Referensi :
Abdelhak Mervat, “Health Information Mana-gement of Strategic Resources”, Second Edition, W.B. Saunders Company, USA, 2001.
Baldor R.A, “Managed Care: Made Simple Blackwell science”, Massachusetts, 1996.
BPPSDMK, Depkes RI, “Penggunaan Sistem Casemix untuk Tekan Biaya Kesehatan”.
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik-Depkes RI, “Pengenalan Sistem Case-Mix & Apli-kasi Penggunaannya di Rumah Sakit, Pertemuan Konsolidasi Penerapan Coding System & Software Casemix RS di Indonesia”, 2006.
Gani A, “Pembiayaan Kesehatan Di Era Otonomi”, Seminar dan Diskusi Panel Nasional. Stra-tegi dan Kebijakan daerah dalam optima-lisasi sumber daya manusia dan pembiayaan kesehatan, 2001.
Kongstvedt P.R, “The Managed Health Care Handbook”, An Aspen Publication, Maryland, 1998.
Sjaaf Amal C, “Program Cost Containment di Rumah Sakit; Tanggapan dalam Meng-antisipasi Perkembangan Teknologi Kese-hatan di Indonesia”, Cermin Dunia Kedok-teran Edisi Khusus No 90, 1994.
Trisnantoro L, “Prinsip-Prinsip Asuransi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kedokteran Dan Residen”, FK UGM, Yogyakarta.
Thabrany H, “Asuransi Kesehatan Pilihan Kebijakan Nasional”, FKM UI, Jakarta, 1998.